Kamis, 25 September 2008

Pembelajaran dengan Problem Posing

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran dengan Problem Posing
Problem Posing berasal dari dua kata yaitu “Problem” dan “Posing”. “Problem” berarti masalah atau soal, dan “Posing” berarti mengajukan atau membentuk (Iskandar, 2004). Sutiarso (1999) dalam Iskandar (2004) mengartikan Problem Posing dengan membuat soal. Dengan demikian, Problem Posing dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Strategi Problem Posing dapat diangkat menjadi strategi pembelajaran yang tepat untuk mengkaji pokok bahasan yang melibatkan operasi matematika (Iskandar, 2004). Operasi matematika merupakan unsur pertama dari strategi pembelajaran Problem Posing. Unsur Problem Posing yang kedua adalah struktur pembelajaran, yang merupakan pembelajaran yang berpusat kepada pengajar (teacher centered instruction) dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered instruction). Unsur Problem Posing yang ketiga adalah respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu mampu membuat soal dari kondisi yang diberikan oleh guru pengajar (Iskandar, 2004). Lebih jauh menurut Iskandar (2004), respon siswa dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan non matematis, pernyataan dan pertanyaan matematika. Pertanyaan matematika ada yang dapat diselesaikan dan ada yang tidak dapat diselesaikan.
Langkah kegiatan pembelajaran Problem Posing menurut Iskandar (2004) adalah sebagai berikut:
membuka kegiatan pembelajaran
menyampaikan tujuan pembelajaran
menyampaikan materi pelajaran
memberi contoh menyelesaikan soal
memberi kesempatan untuk bertanya
memberi kesempatan siswa untuk membuat soal dari kondisi yang diberikan, mempertukarkan dan mendiskusikannya
mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan soal yang telah dibentuk
memberikan kondisi lain dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya
mempersilahkan siswa bertukar soal dengan siswa lain dan mendiskusikannya
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa
menutup pelajaran
Pembelajaran dengan Think-Pair-Share
Strategi Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif (Chotimah, dkk, 2007). Karena pembelajaran yang menggunakan strategi TPS dilakukan secara berpasangan. Ada empat komponen pembelajaran kooperatif, yaitu: a) adanya interaksi langsung; b) ketergantungan positif; c) keterandalan individu; d) keterampilan antar personal dan kelompok kecil (Johnson, Johnson, Holubec, & Roy, 1984 dalam Iskandar (2007). menurut Budd-Rowel (1985) dalam Iskandar (2007), kelebihan TPS adalah siswa mempunyai waktu untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan pengajar atau guru, dan mereka bebas menentukan pasangan belajarnya.
Adapun teknik atau langkah-langkah pembelajaran TPS menurut Chotimah, dkk, (2007) adalah sebagai berikut:
guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
peserta didik diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam kelompok terdiri dari dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
guru memimpin pleno kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang akan diungkapkan oleh peserta didik
guru memberikan kesimpulan
menutup kegiatan pembelajaran.
C. Pembelajaran dengan Problem Posing-Think Pair Share (PP-TPS)
Pada penelitian yang akan dilakukan akan dipadukan kegiatan pembelajaran dengan strategi Problem Posing dan Think-Pair-Share. Untuk selanjutnya paduan dua strategi pembelajaran ini dituliskan sebagai PP-TPS. Pembelajaran dengan PP-TPS adalah pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk soal yang dilakukan secara berpasangan atau berkelompok. Di dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk membuat sejumlah soal dari kondisi yang diberikan oleh guru dengan cara berpasangan dengan teman sebangku.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
guru menuliskan materi atau topik pembelajaran yang akan dilakukan
guru menuliskan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan
guru menyampaikan materi pelajaran dan memberi contoh soal serta cara penyelesaiannya.
Guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa yang belum paham
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi kondisi-kondisi tertentu yang dapat dibuat soal, dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara individu. Soal ditulis pada lembar think.
Guru meminta kepada siswa tersebut untuk berpasangan dengan teman sebangku, dan membuat soal secara berpasangan, dari kondisi-kondisi yang diberikan pada LKS tersebut. Soal ditulis pada lembar pair.
Guru meminta kepada pasangan siswa tersebut untuk bergabung dengan pasangan yang lainnya, dan membuat soal berdasarkan kondisi-kondisi yang diberikan pada LKS tersebut. Soal yang telah dibuat ditulis pada lembar share dan transparansi untuk presentasi.
Melakukan diskusi kelas
Guru memberikan penguatan materi pada diskusi kelas
Guru meminta siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya berdasarkan kondisi yang diberikan secara individu dan ditukarkan dengan teman sebangku untuk saling koreksi, kemudian dikumpulkan
Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
Guru menutup pembelajaran
D. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif, yang artinya sebagai diri dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 1989). Sedangkan menurut Gerungan (1996), motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan kata dasar motif tersebut, beberapa ahli menyebutkan, bahwa motivasi berarti kegiatan yang mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan terhadap macam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki (Purwanto, 2000). Sedangkan menurut Suryabrata (1990), motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuannya. Jika dilihat dari kegiatan pembelajaran, maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan demi kegiatan dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Menurut Suciati, dkk (2001) dalam Siswindari (2003), ada empat hal yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi dalam belajar, yaitu:
Perhatian (Attention)
Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut perlu mendapatkan rangsangan. Strategi yang dapat merangsang perhatian siswa misalnya: a) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; b) menggunakan media pembelajaran (untuk melengkapi materi); c) menggunakan humor jika diperlukan; d) menggunakan fakta atau peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh; e) menggunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa di dalam pembelajaran. Menurut Susanto (1999), jika siswa termotivasi, mereka akan memusatkan perhatian pada kegiatan pembelajaran yang lebih besar.
Relevansi (relevance)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Strategi untuk mendukung hal ini misalnya: a) menjelaskan tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran; b) menjelaskan manfaat pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dan kegunaannya di kemudian hari; c) memberi latihan atau contoh-contoh.
Percaya diri (confidence)
Siswa merasa dirinya berkompeten atau mampu yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan: a) menyusun materi agar mudah dipahami; b) menyusun penyampaian materi dalam kegiatan yang lebih kecil; c) menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes yang akan dilakukan; d) memberikan umpan balik.
Kepuasan (satisfication)
Keberhasilan di dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepuasan siswa diantaranya: a) memberikan pujian verbal dan umpan balik, b) memberi kesempatan siswa untuk menggunakan keterampilan atau pengetahuan yang diperolehnya dengan latihan soal atau tugas-tugas tertentu.
E. Prestasi Belajar
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar mempunyai arti sebagai penguasaan pengetahuan, keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2002), prestasi belajar merupakan suatu puncak proses belajar, yang dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, keaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkit pesan dan pengalaman. Prestasi dapat mencerminkan siswa dari sudut pandang sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam bidang studi tertentu, yang dapat dinyatakan dengan angka 0 sampai 10 (Arikunto, 2006).
Bloom (dalam Winkel, 1987), membagi prestasi belajar dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Lebih lanjut menurut Blom (dalam Dimyati & Mudjiono, 2002), ranah kognitif ditunjukkan oleh perilaku sebagai berikut: a) pengetahuan yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip dan metode yang diketahui; b) pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti bahan yang dipelajari, kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bahan bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain; c) penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru; d) analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; e) sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru; f) evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
Menurut Thonthowi (1991) dalam Rahmawati (2005), ada faktor-faktor yang dapat menentukan dan mempengaruhi keberhasilan di dalam belajar. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah yang terdapat di dalam anak didik sendiri. Faktor internal meliputi: motivasi belajar, proses berfikir, intelegensi, sikap, perasaan dan emosi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar anak didik tersebut. Faktor eksternal meliputi: bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan dan situasi lingkungan. Kedua faktor tersebut memiliki peranan penting di dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana faktor internal merupakan faktor utama, dan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dalam perbaikan proses dan hasil belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran kimia pada pokok bahasan Perhitungan Kimia dengan menggunakan strategi Problem Posing yang dipadu dengan strategi Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi PP-TPS. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan ganda, yaitu rancangan deskriptif dan eksperimen. Rancangan deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan kedua, sedangkan rancangan eksperimen untuk menjawab permasalahan pertama. Rancangan eksperimental yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi-Experimental Design), karena tidak dilakukan randomisasi sampel.
Adapun rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Subyek
Pra tes
Perlakuan
Pasca tes
Kelas eksperimen
O1
X1
O2
Kelas kontrol
O3
-
O4
Keterangan: O1,O3 = observasi atau pengukuran sebelum perlakuan
O2,O4 = observasi atau pengukuran setelah perlakuan
X1 = perlakuan dengan pembelajaran PP-TPS
Perencanaan penelitian dilakukan dengan cara:
1). Menyusun skenario pembelajaran dengan strategi PP-TPS
2). Mempersiapkan bahan ajar
3). Menyiapkan alat evaluasi dan observasi
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2008, yang bertempat di SMA Negeri I Bantur Kabupaten Malang.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri I Bantur pada tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 104 siswa, 34 siswa Kelas X1, 35 siswa Kelas X2, dan 35 siswa Kelas X3. Sampel yang diambil untuk penelitian adalah Kelas X2 sebagai kelas kontrol dan Kelas X3 sebagai kelas eksperimen.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1). Variabel bebas: strategi pembelajaran
2). Variabel terikat: prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa
3). Variabel atribut: siswa kelas X SMA Negeri I Bantur tahun pelajaran 2008/2009.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian (Ibnu, Suhadi, Amat Mukhadis & I Wayan Dasna, 2003). Instrumen yang digunakan di dalam penelitian terdiri dari 3 bagian, yaitu instrumen perlakuan, instrumen prestasi belajar/tes dan angket.
Instrumen perlakuan
Instrumen ini berupa program satuan pengajaran dengan strategi Problem Posing-think Pair Share. Instrumen ini terdiri dari silabus, rencana persiapan pembelajaran (rpp) dan bahan ajar untuk materi perhitungan kimia.
Instrumen prestasi belajar/tes
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang terdiri dari tes prestasi dan tes problem solving. Tes prestasi bertujuan untuk mengukur prestasi hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan, dalam bentuk tes obyektif. Sedangkan tes Problem Posing untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat soal kondisi yang diberikan melalui data-data soal, yang berbentuk tes subyektif.
3. Angket
angket digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan Problem Posing–Think Pair Share terhadap motivasi belajar siswa.
Instrumen yang telah disusun di atas, dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengujian bertujuan untuk memenuhi persyaratan instrumen yang baik. Instrumen angket divalidasi oleh dosen pembimbing dan guru, begitu juga untuk tes Problem Posing. Sedangkan untuk tes prestasi dilakukan uji coba kepada siswa Kelas X1. Uji coba tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen yang telah dibuat, dari segi taraf kesukaran soal, daya beda, validitas dan reliabilitas.
Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal yang akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui taraf kesukaran siswa digunakan rumus sebagai berikut:
P = (Arikunto, 2006)
Keterangan:
P = taraf kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa
Daya Beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui apakah soal yang dibuat telah mampu mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atas dan bawah berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Rumus yang dipakai untuk mengukur daya beda adalah:
(Arikunto, 2006)
Keterangan:
D = daya beda soal
PA = proporsi jawaban siswa kelompok atas
PB = proporsi jawaban siswa kelompok atas
JA = banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelas bawah
BA = banyaknya peserta kelas atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelas bawah yang menjawab benar
Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur kemampuan instrumen untuk mengukur obyek yang akan diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006). Rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment Pearson:
r = (Arikunto, 2006)
Keterangan:
r = koefisien korelasi antar variabel x dan y
n = jumlah sampel
x = skor butir soal
y = jumlah total
Soal dikatakan valid jika harga rhitung > rtabel.
Reliabilitas
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang benar, sesuai dengan kenyataan. Instrumen meskipun digunakan berkali-kali akan memberikan hasil yang tetap sama (Arikunto, 2006). Rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas adalah Kuder Richardson 21(KR 21):
r11 = (Arikunto, 2006)
Keterangan:
r11 = nilai reliabilitas
n = jumlah soal
Mt = nilai skor siswa dibagi dengan jumlah siswa
St2 = standar deviasi nilai total
Soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel
Teknik Pengumpulan Data
Cara mengumpulkan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Data prestasi belajar dan kemampuan Problem Posing-Think Pair Share didapat dari tes yang dilakukan. Di akhir pembelajaran.
Data motivasi didapatkan dari angket yang disebarkan ke siswa di akhir pembelajaran
Untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi, digunakan lembar catatan lapangan.
Teknis Analisa Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Di dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang akan dianalisis, yaitu: a) prestasi belajar siswa; b) kemampuan Problem Posing; c) motivasi belajar siswa. Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Rumus yang digunakan adalah:
X2h = (Sudjana, 1996)
Keterangan:
X2h = hasil hitung chi kuadrat
fo = frekuensi hasil pengamatan
fh = frekuensi yang diharapkan
Kriteria terdistribusi normal jika X2h < X2h(1-a)(k-1), dengan k-1 adalah derajat kebebasan dan 1-a adalah taraf signifikansi.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas terhadap dua kelompok sampel dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang digunakan sebagai sampel berasal dari populasi yang sama. Adapun rumus yang dipakai adalah:
fo = (Sudjana, 1996)
Jika fo < ftabel sampel memiliki varian yang sama.
2. Uji Hipotesis
Jika uji prasyarat telah terpenuhi, maka dilakukan uji terhadap hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji t satu pihak kanan dengan pasangan hipotesis nihil (H0) terhadap hipotesis alternatif (H1).
H0 : μ1= μ2
H1 : μ1>μ2
Keterangan:
μ1 = rata-rata populasi kelompok perlakuan
μ2 = rata-rata populasi kelompok kontrol
Uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:
t = (Sudjana, 1996)
Keterangan:
X1 = rata-rata skor kelompok perlakuan
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
S1 = varians kelompok perlakuan
S2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah siswa kelompok perlakuan
n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
H0 diterima bila thitung < t(1-α), dimana t(1-α) diperoleh dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -2 dan peluang (1-α). H0 ditolak jika t mempunyai harga-harga lain.
3. Analisis Angket
Analisis data yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif, taitu dengan memaparkan data yang diperoleh.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Chotimah, Husnul, dkk. 2007. Model-model Pembelajaran untuk PTK. Malang:SMA Lab UM.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Gerungan, W.A.. Psikologi sosial. Bandung:PT Eresco.
Ibnu, Suhadi, Amat Mukhadis & I Wayan Dasna (Eds). 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang:UM Press & Lemlit.
Iskandar, Srini M.. 2002. Pendekatan Problem Posing (Pembentukan Soal) dalam Pembelajaran Kimia Makalah disajikan dalam Workshop Piloting tahap 2. Malang:FMIPA UM.
Iskandar, Srini M.. 2004. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Kimia. Malang:Semi-Qui V Jurusan Kimia FMIPA UM.
Iskandar, Srini M.. 2007. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Organik III Menggunakan Think-Pair-Share Dilanjutkan Dengan Solve-Pair-Share. Malang:Lembaga Penelitian UM.
Kean & Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta:Gramedia.
Purnawati, Any. 2005. Pengaruh Pendekatan Pembentukan Soal (Problem Possing) Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Siswa Kelas II SMAN IX Malang pada Pokok Bahasan Stoikiometri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.
Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Penndidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
Sardiman. 1989. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali Press.
Siswindari, Maya. 2003. Sudut pandang Siswa dan Guru Kimia SMAN Probolinggo Terhadap faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi dan Upaya-upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar Kimia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.
Suciati, dkk. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta:Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung:Tarsito
Sumiati. 2004. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Possing Terhadap Prestasi Belajar Stoikiometri Siswa Kelas I SMUN I Ketapang Kabupaten Sampang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rajawali Press.
Umroh, Niswatun. 2005. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester II Pada Pokok Perhitungan Kimia di SMAN I Blitar tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.

2 komentar:

Dummies Blog HDDP mengatakan...

tolong dong kirimkan makalahnya atau referensinya melalui email aku hendra.hddp@gmail.com

thanks be 4

mujahidah mengatakan...

Tolong juga dong, kirimkan makalahnya atau referensi tentang metode problem posing sekaligus metode problem posing berbasis aktivitas... tolong kirimkan ke alamat aku ikram_munira@yahoo.com di tunggu yahh plissssssss
thanks for all