Kamis, 25 September 2008

ELEKTROLISIS

ELEKTROLISIS
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik.
Prinsip dasar elektrolisis berlawanan dengan sel volta, yakni:
proses elektrolisis, mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
reaksi elektrolisis merupakan reaksi tidak spontan karena melibatkan energi listrik dari luar.
reaksi elektrolisis berlangsung di dalam sel elektrolisis yang terdiri dari 1 jenis larutan/leburan elektrolit dan memiliki 2 macam elektrode yaitu:
elektrode negatif (-) atau katode : elektrode yang dihubungkan dengan katoda dengan kutub negatif sumber arus listrik.
elektrode positif (+) atau anode : elektrode yang dihubungkan dengan katoda dengan kutub positif sumber arus listrik
Sedangkan persamaan sel elektrolisis dengan sel volta yakni
pada katoda terjadi reaksi reduksi
pada anode terjadi reaksi oksidasi
Reaksi elektrolisis dalam larutan elektrolit berlangsung lebih kompleks, spesi yang bereaksi belum tentu kation atau anionnya. Tetapi mungkin bisa air atau elektrodenya
Reaksi di katoda bergantung pada jenis kation
Logam aktif (golongan IA, IIA, Al, dan Mn): air yang tereduksi
2 H2O (l) + 2e  H2 (g) + 2OH- (aq)
Kation
Kation lain: kation yang tereduksi
2H+ (aq) + 2e  H2 (g)
Lx+ (aq) + Xe  L (s)
Reaksi di anode bergantung pada jenis anode dan anion
Inert, maka yang bereaksi adalah anionnya
anion sisa asam oksi: air yang teroksidasi
2 H2O (l)  4H+ (g) + O2 (g) + 4e
anion sisa asam lain atau OH-: anion yang teroksidasi
Anode 2Br- (aq)  Br2 (g) + 2e
4OH- (aq)  2H2O (l) + O2 (g) + 4e
Non inert, maka yang teroksidasi anodenya
L (s)  Lx+ (aq) + Xe
Hukum Faraday
Michael Faraday menemukan hubungan kuantitas antara massa zat yang dibebaskan/dihasilkan dengan jumlah listrik yang digunakan selama elektrolisis berlangsung. Penemuan itu disimpulkan dalam 2 hukum sebagai berikut.
Hukum Faraday I: untuk massa zat yang dihasilkan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan jumlah listrik yang digunakan (C)
Dirumuskan sebagai :
m = e . F
m = e . C
96500
m
Keterangan : m = massa zat yang dihasilkan
F = Faraday
C = muatan listrik
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (detik)= e . i . t
96500
Hukum Faraday II : apabila dua sel atau lebih dialiri arus listrik dalam jumlah yang sama maka perbandingan massa zat-zat yang dihasilkan sebanding dengan massa ekivalen zat-zat tersebut. Dirumuskan sebagai:
m
Keterangan : m = massa zat
Z1, 2, 3 = jenis zat
n1, 2, 3 = jumlah elektron yang
terlibatz1 : m z2 : m z3 = Ar z1 : Ar z2 : Ar z3
n1 n2 n3
Secara umum prinsip kerja elektrolisis ini dimanfaatkan dalam pemurnian logam, penyepuhan logam dan produksi zat. Contoh pemurnian logam dalam industri diantaranya pemurnian tembaga. Penyepuhan logam digunakan pada pelapisan logam yang mudah mengalami korosi dengan logam yang tahan korosi misalnya melapisi besi dengan seng, tembaga dengan emas. Pada produksi zat, NaCl banyak digunakan sebagai elektrolit dan menghasilkan klor, logam Na, NaOH. Elektrolisis larutan NaCl dalam industri menggunakan sel diafragma dan sel Down.

Pembelajaran dengan Problem Posing

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran dengan Problem Posing
Problem Posing berasal dari dua kata yaitu “Problem” dan “Posing”. “Problem” berarti masalah atau soal, dan “Posing” berarti mengajukan atau membentuk (Iskandar, 2004). Sutiarso (1999) dalam Iskandar (2004) mengartikan Problem Posing dengan membuat soal. Dengan demikian, Problem Posing dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Strategi Problem Posing dapat diangkat menjadi strategi pembelajaran yang tepat untuk mengkaji pokok bahasan yang melibatkan operasi matematika (Iskandar, 2004). Operasi matematika merupakan unsur pertama dari strategi pembelajaran Problem Posing. Unsur Problem Posing yang kedua adalah struktur pembelajaran, yang merupakan pembelajaran yang berpusat kepada pengajar (teacher centered instruction) dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered instruction). Unsur Problem Posing yang ketiga adalah respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu mampu membuat soal dari kondisi yang diberikan oleh guru pengajar (Iskandar, 2004). Lebih jauh menurut Iskandar (2004), respon siswa dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan non matematis, pernyataan dan pertanyaan matematika. Pertanyaan matematika ada yang dapat diselesaikan dan ada yang tidak dapat diselesaikan.
Langkah kegiatan pembelajaran Problem Posing menurut Iskandar (2004) adalah sebagai berikut:
membuka kegiatan pembelajaran
menyampaikan tujuan pembelajaran
menyampaikan materi pelajaran
memberi contoh menyelesaikan soal
memberi kesempatan untuk bertanya
memberi kesempatan siswa untuk membuat soal dari kondisi yang diberikan, mempertukarkan dan mendiskusikannya
mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan soal yang telah dibentuk
memberikan kondisi lain dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya
mempersilahkan siswa bertukar soal dengan siswa lain dan mendiskusikannya
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa
menutup pelajaran
Pembelajaran dengan Think-Pair-Share
Strategi Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif (Chotimah, dkk, 2007). Karena pembelajaran yang menggunakan strategi TPS dilakukan secara berpasangan. Ada empat komponen pembelajaran kooperatif, yaitu: a) adanya interaksi langsung; b) ketergantungan positif; c) keterandalan individu; d) keterampilan antar personal dan kelompok kecil (Johnson, Johnson, Holubec, & Roy, 1984 dalam Iskandar (2007). menurut Budd-Rowel (1985) dalam Iskandar (2007), kelebihan TPS adalah siswa mempunyai waktu untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan pengajar atau guru, dan mereka bebas menentukan pasangan belajarnya.
Adapun teknik atau langkah-langkah pembelajaran TPS menurut Chotimah, dkk, (2007) adalah sebagai berikut:
guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
peserta didik diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam kelompok terdiri dari dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
guru memimpin pleno kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang akan diungkapkan oleh peserta didik
guru memberikan kesimpulan
menutup kegiatan pembelajaran.
C. Pembelajaran dengan Problem Posing-Think Pair Share (PP-TPS)
Pada penelitian yang akan dilakukan akan dipadukan kegiatan pembelajaran dengan strategi Problem Posing dan Think-Pair-Share. Untuk selanjutnya paduan dua strategi pembelajaran ini dituliskan sebagai PP-TPS. Pembelajaran dengan PP-TPS adalah pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk soal yang dilakukan secara berpasangan atau berkelompok. Di dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk membuat sejumlah soal dari kondisi yang diberikan oleh guru dengan cara berpasangan dengan teman sebangku.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
guru menuliskan materi atau topik pembelajaran yang akan dilakukan
guru menuliskan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan
guru menyampaikan materi pelajaran dan memberi contoh soal serta cara penyelesaiannya.
Guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa yang belum paham
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi kondisi-kondisi tertentu yang dapat dibuat soal, dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara individu. Soal ditulis pada lembar think.
Guru meminta kepada siswa tersebut untuk berpasangan dengan teman sebangku, dan membuat soal secara berpasangan, dari kondisi-kondisi yang diberikan pada LKS tersebut. Soal ditulis pada lembar pair.
Guru meminta kepada pasangan siswa tersebut untuk bergabung dengan pasangan yang lainnya, dan membuat soal berdasarkan kondisi-kondisi yang diberikan pada LKS tersebut. Soal yang telah dibuat ditulis pada lembar share dan transparansi untuk presentasi.
Melakukan diskusi kelas
Guru memberikan penguatan materi pada diskusi kelas
Guru meminta siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya berdasarkan kondisi yang diberikan secara individu dan ditukarkan dengan teman sebangku untuk saling koreksi, kemudian dikumpulkan
Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
Guru menutup pembelajaran
D. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif, yang artinya sebagai diri dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 1989). Sedangkan menurut Gerungan (1996), motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan kata dasar motif tersebut, beberapa ahli menyebutkan, bahwa motivasi berarti kegiatan yang mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan terhadap macam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki (Purwanto, 2000). Sedangkan menurut Suryabrata (1990), motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuannya. Jika dilihat dari kegiatan pembelajaran, maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan demi kegiatan dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Menurut Suciati, dkk (2001) dalam Siswindari (2003), ada empat hal yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi dalam belajar, yaitu:
Perhatian (Attention)
Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut perlu mendapatkan rangsangan. Strategi yang dapat merangsang perhatian siswa misalnya: a) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; b) menggunakan media pembelajaran (untuk melengkapi materi); c) menggunakan humor jika diperlukan; d) menggunakan fakta atau peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh; e) menggunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa di dalam pembelajaran. Menurut Susanto (1999), jika siswa termotivasi, mereka akan memusatkan perhatian pada kegiatan pembelajaran yang lebih besar.
Relevansi (relevance)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Strategi untuk mendukung hal ini misalnya: a) menjelaskan tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran; b) menjelaskan manfaat pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dan kegunaannya di kemudian hari; c) memberi latihan atau contoh-contoh.
Percaya diri (confidence)
Siswa merasa dirinya berkompeten atau mampu yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan: a) menyusun materi agar mudah dipahami; b) menyusun penyampaian materi dalam kegiatan yang lebih kecil; c) menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes yang akan dilakukan; d) memberikan umpan balik.
Kepuasan (satisfication)
Keberhasilan di dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepuasan siswa diantaranya: a) memberikan pujian verbal dan umpan balik, b) memberi kesempatan siswa untuk menggunakan keterampilan atau pengetahuan yang diperolehnya dengan latihan soal atau tugas-tugas tertentu.
E. Prestasi Belajar
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar mempunyai arti sebagai penguasaan pengetahuan, keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2002), prestasi belajar merupakan suatu puncak proses belajar, yang dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, keaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkit pesan dan pengalaman. Prestasi dapat mencerminkan siswa dari sudut pandang sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam bidang studi tertentu, yang dapat dinyatakan dengan angka 0 sampai 10 (Arikunto, 2006).
Bloom (dalam Winkel, 1987), membagi prestasi belajar dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Lebih lanjut menurut Blom (dalam Dimyati & Mudjiono, 2002), ranah kognitif ditunjukkan oleh perilaku sebagai berikut: a) pengetahuan yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip dan metode yang diketahui; b) pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti bahan yang dipelajari, kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bahan bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain; c) penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru; d) analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; e) sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru; f) evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
Menurut Thonthowi (1991) dalam Rahmawati (2005), ada faktor-faktor yang dapat menentukan dan mempengaruhi keberhasilan di dalam belajar. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah yang terdapat di dalam anak didik sendiri. Faktor internal meliputi: motivasi belajar, proses berfikir, intelegensi, sikap, perasaan dan emosi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar anak didik tersebut. Faktor eksternal meliputi: bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan dan situasi lingkungan. Kedua faktor tersebut memiliki peranan penting di dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana faktor internal merupakan faktor utama, dan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dalam perbaikan proses dan hasil belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran kimia pada pokok bahasan Perhitungan Kimia dengan menggunakan strategi Problem Posing yang dipadu dengan strategi Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi PP-TPS. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan ganda, yaitu rancangan deskriptif dan eksperimen. Rancangan deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan kedua, sedangkan rancangan eksperimen untuk menjawab permasalahan pertama. Rancangan eksperimental yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi-Experimental Design), karena tidak dilakukan randomisasi sampel.
Adapun rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Subyek
Pra tes
Perlakuan
Pasca tes
Kelas eksperimen
O1
X1
O2
Kelas kontrol
O3
-
O4
Keterangan: O1,O3 = observasi atau pengukuran sebelum perlakuan
O2,O4 = observasi atau pengukuran setelah perlakuan
X1 = perlakuan dengan pembelajaran PP-TPS
Perencanaan penelitian dilakukan dengan cara:
1). Menyusun skenario pembelajaran dengan strategi PP-TPS
2). Mempersiapkan bahan ajar
3). Menyiapkan alat evaluasi dan observasi
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2008, yang bertempat di SMA Negeri I Bantur Kabupaten Malang.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri I Bantur pada tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 104 siswa, 34 siswa Kelas X1, 35 siswa Kelas X2, dan 35 siswa Kelas X3. Sampel yang diambil untuk penelitian adalah Kelas X2 sebagai kelas kontrol dan Kelas X3 sebagai kelas eksperimen.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1). Variabel bebas: strategi pembelajaran
2). Variabel terikat: prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa
3). Variabel atribut: siswa kelas X SMA Negeri I Bantur tahun pelajaran 2008/2009.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian (Ibnu, Suhadi, Amat Mukhadis & I Wayan Dasna, 2003). Instrumen yang digunakan di dalam penelitian terdiri dari 3 bagian, yaitu instrumen perlakuan, instrumen prestasi belajar/tes dan angket.
Instrumen perlakuan
Instrumen ini berupa program satuan pengajaran dengan strategi Problem Posing-think Pair Share. Instrumen ini terdiri dari silabus, rencana persiapan pembelajaran (rpp) dan bahan ajar untuk materi perhitungan kimia.
Instrumen prestasi belajar/tes
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang terdiri dari tes prestasi dan tes problem solving. Tes prestasi bertujuan untuk mengukur prestasi hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan, dalam bentuk tes obyektif. Sedangkan tes Problem Posing untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat soal kondisi yang diberikan melalui data-data soal, yang berbentuk tes subyektif.
3. Angket
angket digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan Problem Posing–Think Pair Share terhadap motivasi belajar siswa.
Instrumen yang telah disusun di atas, dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengujian bertujuan untuk memenuhi persyaratan instrumen yang baik. Instrumen angket divalidasi oleh dosen pembimbing dan guru, begitu juga untuk tes Problem Posing. Sedangkan untuk tes prestasi dilakukan uji coba kepada siswa Kelas X1. Uji coba tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen yang telah dibuat, dari segi taraf kesukaran soal, daya beda, validitas dan reliabilitas.
Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal yang akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui taraf kesukaran siswa digunakan rumus sebagai berikut:
P = (Arikunto, 2006)
Keterangan:
P = taraf kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa
Daya Beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui apakah soal yang dibuat telah mampu mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atas dan bawah berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Rumus yang dipakai untuk mengukur daya beda adalah:
(Arikunto, 2006)
Keterangan:
D = daya beda soal
PA = proporsi jawaban siswa kelompok atas
PB = proporsi jawaban siswa kelompok atas
JA = banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelas bawah
BA = banyaknya peserta kelas atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelas bawah yang menjawab benar
Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur kemampuan instrumen untuk mengukur obyek yang akan diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006). Rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment Pearson:
r = (Arikunto, 2006)
Keterangan:
r = koefisien korelasi antar variabel x dan y
n = jumlah sampel
x = skor butir soal
y = jumlah total
Soal dikatakan valid jika harga rhitung > rtabel.
Reliabilitas
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang benar, sesuai dengan kenyataan. Instrumen meskipun digunakan berkali-kali akan memberikan hasil yang tetap sama (Arikunto, 2006). Rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas adalah Kuder Richardson 21(KR 21):
r11 = (Arikunto, 2006)
Keterangan:
r11 = nilai reliabilitas
n = jumlah soal
Mt = nilai skor siswa dibagi dengan jumlah siswa
St2 = standar deviasi nilai total
Soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel
Teknik Pengumpulan Data
Cara mengumpulkan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Data prestasi belajar dan kemampuan Problem Posing-Think Pair Share didapat dari tes yang dilakukan. Di akhir pembelajaran.
Data motivasi didapatkan dari angket yang disebarkan ke siswa di akhir pembelajaran
Untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi, digunakan lembar catatan lapangan.
Teknis Analisa Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Di dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang akan dianalisis, yaitu: a) prestasi belajar siswa; b) kemampuan Problem Posing; c) motivasi belajar siswa. Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Rumus yang digunakan adalah:
X2h = (Sudjana, 1996)
Keterangan:
X2h = hasil hitung chi kuadrat
fo = frekuensi hasil pengamatan
fh = frekuensi yang diharapkan
Kriteria terdistribusi normal jika X2h < X2h(1-a)(k-1), dengan k-1 adalah derajat kebebasan dan 1-a adalah taraf signifikansi.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas terhadap dua kelompok sampel dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang digunakan sebagai sampel berasal dari populasi yang sama. Adapun rumus yang dipakai adalah:
fo = (Sudjana, 1996)
Jika fo < ftabel sampel memiliki varian yang sama.
2. Uji Hipotesis
Jika uji prasyarat telah terpenuhi, maka dilakukan uji terhadap hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji t satu pihak kanan dengan pasangan hipotesis nihil (H0) terhadap hipotesis alternatif (H1).
H0 : μ1= μ2
H1 : μ1>μ2
Keterangan:
μ1 = rata-rata populasi kelompok perlakuan
μ2 = rata-rata populasi kelompok kontrol
Uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:
t = (Sudjana, 1996)
Keterangan:
X1 = rata-rata skor kelompok perlakuan
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
S1 = varians kelompok perlakuan
S2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah siswa kelompok perlakuan
n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
H0 diterima bila thitung < t(1-α), dimana t(1-α) diperoleh dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -2 dan peluang (1-α). H0 ditolak jika t mempunyai harga-harga lain.
3. Analisis Angket
Analisis data yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif, taitu dengan memaparkan data yang diperoleh.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Chotimah, Husnul, dkk. 2007. Model-model Pembelajaran untuk PTK. Malang:SMA Lab UM.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Gerungan, W.A.. Psikologi sosial. Bandung:PT Eresco.
Ibnu, Suhadi, Amat Mukhadis & I Wayan Dasna (Eds). 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang:UM Press & Lemlit.
Iskandar, Srini M.. 2002. Pendekatan Problem Posing (Pembentukan Soal) dalam Pembelajaran Kimia Makalah disajikan dalam Workshop Piloting tahap 2. Malang:FMIPA UM.
Iskandar, Srini M.. 2004. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Kimia. Malang:Semi-Qui V Jurusan Kimia FMIPA UM.
Iskandar, Srini M.. 2007. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Organik III Menggunakan Think-Pair-Share Dilanjutkan Dengan Solve-Pair-Share. Malang:Lembaga Penelitian UM.
Kean & Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta:Gramedia.
Purnawati, Any. 2005. Pengaruh Pendekatan Pembentukan Soal (Problem Possing) Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Siswa Kelas II SMAN IX Malang pada Pokok Bahasan Stoikiometri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.
Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Penndidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
Sardiman. 1989. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali Press.
Siswindari, Maya. 2003. Sudut pandang Siswa dan Guru Kimia SMAN Probolinggo Terhadap faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi dan Upaya-upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar Kimia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.
Suciati, dkk. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta:Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung:Tarsito
Sumiati. 2004. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Possing Terhadap Prestasi Belajar Stoikiometri Siswa Kelas I SMUN I Ketapang Kabupaten Sampang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rajawali Press.
Umroh, Niswatun. 2005. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester II Pada Pokok Perhitungan Kimia di SMAN I Blitar tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Kimia FMIPA UM.

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman tradisional yang telah lama dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Daerah-darah yang telah membudidaya tanaman nilam diantaranya: NAD, Langkat, Sidikalang (Sumatera Utara), Pasaman (Sumatera Barat), Majalengka Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Tengah. Tanaman nilam merupakan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri (essential oil), yang di dalam dunia perdagangan internasional minyak nilam sering disebut Patchouli Oil Minyak nilam digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kosmetik, aroma terapi yang berfungsi sebagai zat pengikat/fixative agent dan farmasi.
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman ini memiliki harga ekonomi yang tinggi. Harga daun kering perkilonya dapat mencapai Rp 2.000, dan minyak atsiri perkilonya dapat mencapai harga Rp 200.000. Nilai ekonomi yang menjanjikan tersebut banyak menarik minat petani untuk membudidayakan tanaman tersebut.
Di dalam pengembangan budidaya tanaman ini banyak kendala yang dihadapi oleh petani. Salah satunya adalah serangan penyakit seperti penyakit layu bakteri, nematoda, budok, dan beberapa penyakit lain yang belum banyak diketahui. Penyakit yang paling sering menyerang tanaman yang dibudidayakan oleh petani adalah penyakit budok, yang disebabkan oleh serangan jamur Synchytrium sp. Jamur ini ditemukan berada di permukaan tanaman baik daun, batang maupun ranting, dan biasanya ukuran daun menjadi lebih kecil, bahkan nampak daun menjadi kerdil..
Adapun ciri-ciri nilam yang terserang jamur Synchytrium sp adalah: daun menjadi ungu kemerahan yang disertai dengan bengkak-bengkak, daun tetap hijau namun terdapat bengkak-bengkak kecoklatan, gejala bengkak-bengkak pada batang. Serangan jamur ini sangat meresahkan petani, sehingga perlu penanganan yang serius. Di dalam makalah ini akan dibahas secara mendetail tentang jamur Synchytrium, mulai dari deskripsi jamur, pola hidup, akibat yang ditimbulkan dan cara menanggulangi serangannya.

PHYTOPTHORA INFESTANS PENYEBAB PENYAKIT

PHYTOPTHORA INFESTANS PENYEBAB PENYAKIT
HAWAR DAUN (LATE BLIGHT) PADA TANAMAN KENTANG
I. PENDAHULUAN
Penyakit Late Blight atau yang biasa dikenal hawar daun pada kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan penyakit yang sering menjadi kendala dalam budidaya kentang. Penyakit hawar daun disebabkan oleh jamur Phytophthora infestant. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit penting pada tanaman kentang di Indonesia. Melalui kerja sama dengan lembaga internasional, Badan Litbang Pertanian berupaya mendapatkan kentang yang tahan terhadap penyakit tersebut.
Penyakit Late Blight atau yang biasa dikenal hawar daun pada kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan penyakit yang sering menjadi kendala dalam budidaya kentang. Penyakit hawar daun disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans, penyakit ini menjadi salah satu penyakit penting pada tanaman kentang di Indonesia. Penyakit hawar daun sangat merusak dan sangat sulit dikendalikan, karena Phytophthora infestans merupakan jamur patogen yang memiliki patogenitas yang beragam. Pada umumnya patogen ini berkembang biak secara aseksual dengan zoospora, tetapi dapat juga berkembang biak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat heterolik, artinya perkembangbiakannya secara seksual atau pembentukan oospora-nya hanya terjadi bila adanya perkawinan silang antara dua isolat Phytophthora infestans yang mempunyai tipe perkawinan berbeda. Saat ini di Indonesia belum terdapat varietas kentang yang tahan terhadap penyakit hawar daun, sehingga menyulitkan petani untuk menghindari penyakit ini. Namun beberapa tahun terakhir ini sudah ada usaha dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), yang bekerjasama dengan beberapa lembaga penelitian baik dalam maupun luar negeri untuk mendapat calon varietas kentang yang tahan terhadap penyakit hawar daun. Program penelitian mengenai penyakit kentang ini didanai oleh United States Agency for International Development (USAID) melalui proyek Agricultural Biotechnology Support Project phase II (ABSP II). Penelitian ini melibatkan beberapa lembaga penelitian terkemuka, seperti Universitas Cornell, Universitas Wisconsin dan Virginia Tech, yang ketiganya berlokasi di Amerika Serikat. Selain itu, lembaga penelitian lainnya seperti PICTIPAPA (Meksiko), CPRI (India) dan ISAAA juga terlibat dalam riset. Sedangkan di dalam negeri, BB Biogen menjalin kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Dengan dukungan dana dan sinergisme antar lembaga penelitian diharapkan dari kegiatan ini dapat dihasilkan suatu rakitan kentang Indonesia yang tahan terhadap penyakit hawar daun. "Sekarang ini di Indonesia belum terdapat kentang yang tahan terhadap late blight, untuk itu diharapkan nanti terdapat calon varietas tahan penyakit tersebut yang kita hasilkan", ungkap Dr. M. Herman, peneliti dari BB Biogen kepada Majalah Agrotek, akhir Januari lalu di kantornya. Saat ini memang sudah ada kentang transgenik yang tahan terhadap penyakit hawar daun, namun varietas ini bukan asli Indonesia, melainkan hasil penelitian Universitas Wisconsin yang diberi nama varietas Katahdin Transgenik. Varietas Katahdin merupakan kentang transgenik yang berhasil dikembangkan oleh Universitas Wisconsin yang memiliki gen RB, yaitu sebuah gen ketahanan terhadap penyakit hawar daun. Gen RB tersebut dihasilkan dari isolasi gen yang terdapat pada kerabat kentang liar (Solanum bulbocastanum) yang banyak terdapat di Amerika. Untuk menghasilkan kentang transgenik tahan penyakit hawar daun, BB Biogen melakukan kerjasama dengan Universitas Wisconsin yang tertuang dalam sebuah kesepakatan (Material Transfer Agrimeent - MTA). Dengan kesepakatan tersebut, BB Biogen berhak menggunakan varietas Katahdin Transgenik untuk disilangkan dengan kentang varietas lokal. Saat ini, BB Biogen dan Balitsa tengah menyilangkan kentang Katahdin Transgenik dengan dua varietas lokal, yaitu Granola dan Atlantic. Kedua varietas lokal tersebut dipilih untuk persilangan karena varietas tersebut paling digemari petani. Selain memiliki hasil produksi yang tinggi, Granola dan Atlantic cukup laku di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Sementara itu, Dr. Achmad Suryana menjelaskan terdapat dua strategi untuk mendapatkan kentang yang tahan terhadap late blight. Pertama, menyilangkan dengan Katahdin; dan kedua dengan memasukkan atau mentransformasi gen RB ke dalam kentang. Bioteknologi transgenik ini bisa membantu ketahanan pangan karena varietasnya lebih unggul (Republika Online, 15/2). Sumber berita : * Elfa Hermawan, wartawan Majalah Agrotek * Republika Online, 15 Pebruari 2007
II. PEMBAHASAN
sejarah
Phytophthora infestans is an oomycete that causes the serious potato disease known as late blight or potato blight. (Early blight, caused by Alternaria solani, is also often called 'potato blight'). It was a major culprit in the 1845 Irish and 1846 Highland potato famines. The organism can also infect tomatoes and some other members of the Solanaceae. It is currently being remedied by genetic engineering, taking a resistance gene from the plant Solanum bulbocastanum and introducing it into the genome of cultivated varieties of the potato.
Karakteristik
Nutrisi untuk jamurJamur tidak mempunyai perakaran maupun khlorofil, sehingga tidak mampu membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisinya maka jamur membutuhkan organisme lain. Kebanyakan jamur bersifat saprofit, parasit obligat, parasit fakultatif. Kebanyakan jamur parasit hanya dapat hidup pada tanaman dari genus, species atau kultivar tertentu saja, sehingga masing-masing jamur parasit biasanya hanya menyerang tanaman tertentu saja.
Cara bertahan hidupSelama tidak ada tanaman inang, jamur yang patogenik dapat bertahan hidup dengan berbagai cara. Patogen dapat bertahan hidup dalam tanah sebagai jamur saprofitik dalam tanah atau pada sisa tanaman. Selain itu dapat pula dibentuk klamidospora, spora, sel vegetatif atau sklerotium yang dorman dalam tanah atau pada sisa tanaman.
Patogen yang terbawa benih dapat berupa miselium atau spora dorman yang terbawa pada permukaan benih (secara eksternal) atau dalam jaringan benih (secara internal). Rerumputan dan tanaman inang lain dapat merupakan media untuk melang-sungkan hidupnya patogen. Patogen tersebut dapat disebarkan lebih lanjut ke tanaman utama dengan berbagai cara.
Taksonomi
Berdasarkan Pacific Northwest Fungi Database, Department of Plant Pathology, Washington State University, taksonomi jamur Synchytrium sp. adalah sebagai berikut.
Domain:
Eukaryota
Kingdom:
Chromalveolata
Phylum:
Heterokontophyta
Class:
Oomycetes
Order:
Peronosporales
Family:
Pythiaceae
Genus:
Phytophthora
Species:
P. infestans
daur hidup Phytopthora infestans
Struktur jamurJamur termasuk tumbuhan tingkat rendah dan seperti halnya dengan tumbuhan lainnya jamur mempunyai 2 fase dalam siklus hidupnya, yaitu:1. fase vegetatif 2. fase reproduktif/generatif. Struktur vegetatif dari jamur sendiri terdiri dari hifa yang menyerupai benang-benang panjang. Hifa secara kolektif membentuk miselium dan panjangnya ada yang sampai beberapa meter. Hifa ada yang beruas dan tak beruas. Pada hifa yang beruas hifanya terbagi dengan sekat-sekat dan setiap ruas mengandung satu nucleus atau banyak nucleus.Pada tipe yang tak beruas terdiri dari hifa yang mempunyai banyak nucleus yang tidak dibatasi oleh sekat. Pada tipe ini dapat pula dijumpai dinding sekat terutama pada hifa yang tua.Jamur parasit mempunyai hifa yang ektofitik atau endofitik. Miselium yang ektofitik berada pada permukaan tanaman inang sedangkan miselium yang endofitik berada didalam jaringan tanaman inang dan dapat tumbuh secara interseluler (diantara sel) atau intraseluler (masuk kedalam sel). Hifa yang ektofitik dan interseluler membentuk haustorium ke dalarn sel untuk memperoleh zat makanan. Bentuk haustorium dapat bulat atau seperti akar.
Sporangiospora jamur Phytopthora infestans
Bentuk lain dari Sporangiospora jamur Phytopthora infestans
Spora jamur Phytopthora infestans
ReproduksiCara memperbanyak diri jamur terbagi dalam 3 macam 1.Setiap potongan talus mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi talus baru jika berada dalam keadaan lingkungan yang memungkinkan.2.Reproduksi dengan spora yang dibentuk secara a - seksual3.Reproduksi dengan spora yang dibentuk secara seksual.
Reproduksi spora a-seksual.Dalam produksi a-seksual hifa jamur membentuk spora. Spora a-seksual jamur terdiri dari berbagai bentuk dan cara pembentukannya ada berbagai macam: Zoospora : (Spora mengembara). Bentuk dalam kantung spora (Sporangium) Sporangiospora mempunyai flagela atau bulu cambuk sehingga mampu untuk bergerak. Pembentukan sporangium ini terjadi pada ujung hifa dengan jalan mengadakan pembengkakan. Jamur yang membentuk zoospora tergolong pada Phycomycetes yang bersifat akuatik, Pada Phycomycetes yang tidak bersifat akuatik tidak dibentuk spora yang dapat bergerak dan sporangiumnya kadang-kadang hanya rnempunyai satu spora saja.Sporangiospora : Spora dibentuk: didalam sporangium. Pembentukan sporangium terjadi pada sporangiospora (tangkai sporangium) yang ujungnya rnasuk agak kesebelah dalam sporangium dan disebut kolumela.Konidium : Spora yang dibentuk dalam ujung hifa khusus yang disebut konidiospore. Spora tersebut dibentuk oleh hifa dengan cara segmentasi. Jika tidak terlihat banyak perbedaan antara bentuk spora dan struktur hifa, yang membentuknya, disebut oidium. Konidium dapat pula terjadi pada sporangium yang berspora tunggal. Bentuk dan warna konidium. beraneka ragam, ada yang bersel satu ada pula yang bersel banyak, begitu pula ada yang berwarna gelap dan ada pula yang berwarna bening.Klamidospora : Bagian hifa yang membengkak berdinding tebal, bulat dan dapat terpisah sebagai sel resisten yang dibentuk dari sel-sel tertentu dari hifa, atau spora dan tidak mempunyai tangkai spora khusus. Klamidospora dibentuk diujung atau ditengah hifa atau spora biasa. Reproduksi seksualSpora yang dibentuk secara seksual mempunyai nama yang berbeda antara lain: Oospora : merupakan hasil percampuran antara anteridiurn dan oogonium dimana sel jantan menyatu dengan inti oogonium. Zigospora : merupakan hasil percampuran menyeluruh antara dua gametangium. Askospora : Terbentuk dalam askus sebagai hasil percampuran antara nuklei dalam sel induk askus yang masing-masing berasal dari askogonium dan anteridium. Basidiopore: Merupakan spora seksual pada Basidiomycetes yang terbentuk dalam basidium melalui sterigma. Teliospora : Merupakan spora yang terdapat pada Uredinales Aesiospora : Ustilagenales hanya terdapat teliospora. dll.
mekanisme infeksi jamur Synchytrium endobioticum
Diperkirakan sejumlah lebih dari 100.000 macam penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur.Jamur penyebab penyakit tanaman dapat menyerap zat makanan yang diperlukan jika sudah terjadi infeksi pada jaringan tanaman. Usaha patogen menyerang tanaman hingga terjadinya penyakit pada tanaman dapat dibedakan 3 macam stadium yaitu, pra-penetrasi, penetrasi dan pasca-penetrasi.Pada stadium pra-penetrasi hifa jamur atau spora mengadakan kontak pada permukaan tanaman inang. Spora jamur akan berkecambah atau akan terjadi pertumbuhan hifa jamur. Pada stadium ini tidak akan berlangsung sempurna, jika keadaan lingkungan tidak menunjang terjadinya pertumbuhan hifa atau perkecambahan spora. Seperti kelembaban yang tinggi.Pada stadium penetrasi maka hifa jamur patogen memasuki tanaman inang dengan berbagai cara: 1. Melalui luka yang disebabkan oleh kerusakan mekanis atau serangga atau binatang lainnya serta oleh alat-alat pertanian yang digunakan petani saat perawatan tanaman.2. Melalui lubang alami seperti stomata atau mulut daun dan sebagainya 3. Melalui sobekan yang terjadi pada bagian permukaan tanaman yang disebabkan oleh pertumbuhan organ-organ tertentu seperti akar 3. Penetrasi langsung karena adanya tekanan mekanis oleh hifa jamur, reaksi kimia atau keduanya. Masuknya hifa ke dalam tanaman masih tergantung kepada keadaan lingkungan luar seperti kelembaban, suhu udara dll, tetapi sesudah berada di dalam jaringan tanaman maka keadaan fisiologi tanaman sangat menentukan sekali. Jika keadaan fisiologi tanaman tidak sesuai, maka hifa jamur akan tumbuh ke sel yang paling dekat dan masuk kedalam sel atau akan membentuk haustorium. Dengan cara demikian jamur akan mengabsorspsi zat makanan yang berada dalam protoplasma sel tanaman. Selain merugikan tanaman karena pengambilan zat makanan dari sel tanaman, maka jamur dapat mengganggu aktivitas tanaman inang dengan berbagai cara seperti mengeluarkan enzirn pektinolitik atau selulolitik yang masing-masing dapat menguraikan zat pektin atau selulose. Selain itu jamur tersebut dapat mengeluarkan toksin yang disebarkan ke berbagai bagian tanaman lainnya dan menimbulkan kerusakan pada jaringan tanaman. Dengan adanya berbagai gangguan tersebut maka akan rnengganggu pertumbuhan tanaman sehingga akan timbul gejala penyakit.Jamur akan melanjutkan pertumbuhan dan membentuk spora untuk memperbanyak diri. Spora akan dilepaskan melalui permukaan tanaman untuk disebarkan. Proses seperti di atas akan berlangsung terus menerus.
gejala yang ditimbulkan
Gejala penyakitGejala penyakit ialah perubahan warna atau bentuk dari tanaman atau jaringan tanaman yang terserang oleh jamur. Penyebab penyakit dari golongan jamur ini dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit, diantaranya yaitu;1. Gejala nekrosa yang berupa : Busuk akar, busuk pangkal batang, rebah kecambah (damping-off), kanker, anthracnose, bercak daun, kudis, blight, busuk lunak dan busuk kering.2. Gejala yang berupa perubahan bentuk tanaman inang antara lain : Akar berbentuk gada, puru , kudis sapu, daun keriting .3. Gejala-gejala lain seperti: layu, karat, embun (Mildew) dll.
Gejala: daun kentang yang terserang berbercak coklat sampai hitam. Mula-mula pada ujung atau sisi daun, hanya tampak beberapa milimeter, tetapi akhirnya meluas sampai ke seluruh daun dan tangkai daun. Penyakit ini mulai menyerang pangkal buah tomat, yang menimbulkan bercak berair yang berwarna hijau kelabu sampai coklat.
Late blight (Phytophthora infestans) Late blight leaf lesion (Courtesy of R. Howard, Alberta Agriculture, Food and Rural Development
Late blight stem lesion(Courtesy of R. Howard, Alberta Agriculture, Food and Rural Development)
Late Blight tuber lesion(Courtesy of B. Geisel, Gaia Consulting Ltd.)
Late blight is one of the most devastating diseases of potatoes. The pathogen can infect all parts of the plant. Depending upon the environmental conditions and age of the tissue, appearance of the lesions may vary. The disease starts as small necrotic spots, which may or may not be surrounded by a pale green border. Lesions may also start as small water soaked areas at the tips of the leaf and enlarge inward. Older lesions generally have a necrotic centre and a pale green border. Dark green to black water soaked lesions develop on stems and petioles. Stem and petiole infections destroy soft tissue and leave only structural parts of the stem. As a result, stems remain standing in heavily infested, defoliated fields. Under humid conditions, a white fluffy growth appears at the lesion edges on the under side of infected leaves.
Tubers near the soil surface can be infected if they are exposed or spores are washed into the soil. An irregular and shallow (1/4-1/2 inch, 4-13 mm) coppery brown dry rot spreads through the outer tissue of the tuber. In storage, infected tubers are susceptible to secondary rots caused by other fungi and bacteria; this can result in extensive damage.
The late blight pathogen can survive only in living host tissue. It is known to over-winter in seed tubers, cull piles, and volunteer potatoes that over-winter in the field. High humidity and temperatures of 64-71°F (18-22°C) are ideal for development of this disease.
Control Strategies:
Use certified disease-free seed
Destroy cull piles by freezing or deep burying
Destroy volunteer potato plants in nearby fields
Throughout the season, destroy (desiccate, disc or flail and desiccate) infected plants to avoid spread
Reduce periods of leaf wetness and high humidity within the crop canopy by appropriately timing irrigation
Follow a recommended fungicide spray program. The program should start prior to the arrival of the pathogen. Consult your provincial Guide to Crop Protection for registered fungicides
Consult your local late blight forecast for disease risk information, if available
Desiccate vines prior to harvest (refer to Section 3.8.3 Vine Killing)
Penyebaran
Penyebaran jamur ini dapat terjadi dengan berbagai cara. Pembentukan spora a-seksual, merupakan cara cepat dalam melakukan perbanyakan dan penyebaran, sedangkan pembentukan tubuh buah di mana terdapat spora seksual dapat membantu jamur untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan lingkungan yang kurang baik.Spora a-seksual dibentuk dalam jumlah yang banyak dan disebarkan dengan mudah oleh angin, air atau serangga, tanah, alat pertanian, binatang dan sebagainya.Spora seksual seperti askospora harus dilepas dahulu dari askus dan tubuh buahnya dan kemudian baru terbawa oleh aliran air atau udara.
Peranan berbagai agen penyebarJamur patogen tanah dapat memperbanyak diri dalam tanah dan penyebarannya juga dilakukan dalam tanah antara lain dengan kontak antara akar tanaman, pada waktu pengolahan tanah, tanah yang mengandung patogen terbawa oleh air, angin atau melekat pada umbi atau bahan tanaman lainnya. Dengan terbawanya patogen oleh bahan tanaman, maka penyebaran patogen dapat terjadi dalam jarak jauh.Beberapa agen penyebar yang biasa menyebarkan patogen yaitu;1.BijiBiji yang dipakai untuk benih dapat mengandung patogen dan dapat terbawa ketempat jauh.2. AnginAngin memegang peranan penting dalam menyebarkan spora dari satu tanaman ke tanaman lain atau dari satu daerah kedaerah lain. Banyak patogen mempertahankan diri di tempat-tempat terpencil dan dengan bantuan angin dapat menginfeksi pertanaman secara luas di tempat lain.3. AirDengan air yang mengalir dapat menyebarkan tanah yang mengandung patogen jamur sehingga seluruh kebun atau dikebun yang berdekatan dapat terkontaminasi. Percikan air hujan pada bagian tanaman yang mengandung spora dapat menyebarkan spora kebagian tanaman sebelah atasnya atau ketanaman yang berada disebelahnya.4. Serangga.Serangga yang merupakan hama bagi tanaman dapat sekaligus menjadi vektor bagi jamur patogen yang kebetulan menyerang tanaman yang sama dan disebarkan ke tempat lain.5. ManusiaManusia dengan tidak sadar dapat menyebarkan bagian jamur yang patogenik dari satu tanaman ketanaman lain dengan alat-alat pertanian atau benih tanaman yang terinfeksi.6. Bagian tanamanBagian tanaman yang sudah terserang penyakit dapat menyebarkan atau menularkan patogen ke tanaman lain yang masih sehat yang berdekatan atau bersinggungan.
Cara Penaggulangan
Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman kentang atau tomat; (3) menanam varietas tomat yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Kocide 54 WDG, Victory 80 WP, Starmyl 25 WP dll.

REORIENTASI EFEKTIVITAS NILAI STANDAR KELULUSAN BAGI SISWA DALAM UPAYA MENCETAK GENERASI YANG BERKUALITAS DI BIDANG IPTEK DAN IMTAK

Tabel 1
Perbandingan Internasional Prestasi Literasi Membaca Indonesia
Negara
Rata-rata Nilai
SE
Ketenngan
Finlandia
546
(2.6)

Canada
534
(1.6)

Selandia Baru
529
(2.8)

Australia
528
(3.5)

Irlandia
527
(3.2)

Hong Kong – China
525
(2.9)

Korea
525
(2.4)

Inggris
523
(2.6)

Jepang
522
(5.2)

Swedia
516
(2.2)

Austria
507
(2.4)

Belgia
507
(3.6)

Islandia
507
(1.5)

Norwegia
505
(2.8)

Perancis
505
(2.7)

Amerika Serikat
504
(7.1)

Denmark
497
(2.4)

Swiss
494
(4.3)

Spanyol
493
(2.7)

Ceko
492
(2.4)

Italia
487
(2.9)

Jerman
484
(2.5)

Lithuania
483
(4.1)

Hungaria
480
(4.0)

Polandia
479
(4.5)

Greece
474
(5.0)

Portugal
470
(4.5)

Rusia
462
(4.2)

Latvia
458
(5.3)

Israel
452
(8.5)

Luxembourg
441
(1.6)

Thailand
431
(3.2)

Bulgaria
430
(4.9)

Mexico
422
(3.3)

Argentina
418
(9.9)

Chili
410
(3.6)

Brazilia
396
(3.1)

Macedonia
373
(1.9)

Indonesia
371
(4.0)

Albania
349
(3.3)

Peru
327
(4.4)

 Prestasi Indonesia secara nyata di bawah prestasi negara yang dibandingkan
 Prestasi Indonesia tidak berbeda secara nyata dengan negara yang dibandingkan
 Prestasi Indonesia secara nyata di atas prestasi negara yang dibandingkan
Tabel 2
Perbandingan Internasional Prestasi Literasi Matematika Indonesia
Negara
Rata-Rata Nilai
SE
Keterangan
Hong Kong – China
560
(3.3)

Jepang
557
(5.5)

Korea
547
(2.8)

Selandia Baru
537
(3.1)

Finlandia
536
(2.2)

Australia
533
(3.5)

Canada
533
(1.4)

Swiss
529
(4.4)

Inggris
529
(2.5)

Bclgia
520
(3.9)

Perancis
517
(2.7)

Austria
515
(2.5)

Denmark
514
(2.4)

Islandia
514
(2.3)

Lithuania
514
(7.0)

Swedia
510
(2.5)

Irlandia
503
(2.7)

Norwegia
499
(2.8)

Ceko
498
(2.8)

Amerikat Serikat
493
(7.6)

Jerman
490
(2.5)

Hungaria
488
(4.0)

Rusia
478
(5.5)

Spanyol
476
(3.1)

Polandia
470
(5.5)

Latvia
463
(4.5)

Italia
457
(2.9)

Portugal
454
(4.1)

Greece
447
(5.6)

Luxembourg
446
(2.0)

Israel
433
(9.3)

Thailand
432
(3.6)

Bulgaria
430
(5.7)

Argentina
388
(9.4)

Mexico
387
(3.4)

Chili
384
(3.7)

Albania
381
(3.1)

Macedonia
381
(2.7)

Indonesia
367
(4.5)

Brazilia
334
(3.7)

Peru
292
(4.4)

 Prestasi Indonesia secara nyata di bawah prestasi negara yang dibandingkan
 Prestasi Indonesia tidak berbeda secara nyata dengan negara yang dibandingkan
 Prestasi Indonesia secara nyata di atas prestasi negara yang dibandingkan
Tabel 3
Perbandingan Internasional Prestasi Literasi IPA Indonesia
Negara
Rata-Rata Nilai
SE
Keterangan
Korea
525
(2.7)

Jepang
550
(5.5)

Hong Kong – China
541
(3.0)

Finlandia
538
(2.5)

Inggris
532
(2.7)

Canada
529
(1.6)

Selandia Baru
528
(2.4)

Australia
528
(3.5)

Austria
519
(2.6)

Irlandia
513
(3.2)

Swedia
512
(2.5)

Ceko
511
(2.4)

Perancis
500
(3.2)

Norwegia
500
(2.8)

Amerika Serikat
499
(7.3)

Hungaria
496
(4.2)

Islandia
496
(2.2)

Bclgia
496
(4.3)

Swiss
496
(4.4)

Spanyol
491
(3.0)

Jcrman
487
(2.4)

Polandia
483
(5.1)

Denmark
481
(2.8)

Italia
478
(3.1)

Lithuania
476
(7.1)

Greece
461
(4.9)

Rusia
460
(4.7)

Latvia
460
(5.6)

Portugal
459
(4.0)

Bulgaria
448
(4.6)

Luxembourg
443
(2.3)

Thailand
436
(3.1)

Israel
434
(9.0)

Mexico
422
(3.2)

Chili
415
(3.4)

Macedonia
401
(2.1)

Argentina
396
(8.6)

Indonesia
393
(3.9)

Albania
376
(2.9)

Brazilia
375
(3.3)

Peru
333
(4.0)

 Prestasi Indonesia secara nyata di bawah prestasi negara yang dibandingkan
 Prestasi Indonesia tidak berbeda secara nyata dengan negara yang dibandingkan
 Prestasi Indonesia secara nyata di atas prestasi negara yang dibandingkan